Ekonomi pasar dan Listrik
Selasa, 24 Maret 2009
Ciek-ciek wak bedah persoalannyo, tentang listrik di Sumbar,sumbar sebenarnya kato kawan wak yang tau tentang pasokan (supply) listrik, katanyo kita surplus listrik, namun karena harus di bagi dengan beberapa daerah yang kekurangan supply listrik seperti riau maka ketersediaan listrik wak agak terganggu. Kenapa sistem koneksi yang dipakai PLN karena Sumsel dan sumbar kelebihan listrik tapi jambi, bengkulu dan riau kekurangan,,,makanya dibuat sistem koneksi. Tapi kini muncul masalah,,,,pasokan itu kurang, kono khabarnyo...supply listrik dari sumbar berkurang karena PLTU ombilin terjadi krisis input (batubara) karena batubara kito habis dan harus beli ke muaro bungo yang kini sedang di kembangkan, tapi pengusaha telah punya kontrak ekspor batu bara. yang kedua harga beli pln lebih rendah dari harga eksport, kecek kawan wak lo harga pln lebih kurang 350 rb/ton tapi harga eksport bisa 1 jt/on jadi pengusaha rugi jual ke PLN. itu lah sebabnyo kato Pak fik efek ekonomi pasar (eksternalitas)
sehinggo produksi listrik berkurang, sehingga listrik yang di datangkan dari sumsel ndak bisa masuk Riau. karena sebelum ke Riau, listrik sumsel koneksinya ke sumbar dulu...belum ada jaringan sumsel - riau. Jadi gubernur apakah bisa menyelesaikan masalah ko.......(kita liat aja) nyatanya kan alun bisa....bisa ndak gubernur bayar kelebihan 1 jt - 350 rb perton....kalau bisa mungkin pasokan batubara bisa lancar dan wak ndak kan krisis listrik lai...
cara lain, bisa sumber energi lain amat banyak, sinar matahari, patang wak ke Australia..beberapa gedung dan perguruan tinggi di sinan atoknyo lah dirancang jadi panel penangkap energi sinar matahari dan untuk gedung itu tak perlu lagi listrik dari negara....tapi di Indonesia akan terbentur dengan undang-undang kelistrikan yang mengharuskan PLN membeli produksi listrik dalam jumlah tertentu...........
atau mencontoh kampung wak yang terpelosok, kini listriknyo tak pernah mati....rumah tangga hanya bayar Rp 20.000/bulan dengan sumber energi microhidro (PLTA) mini, dengan cara itu amat membantu ketersediaan listrik
Ekonomi pasar, stigliz (2003) mengecean pasar gagal dalam beberapa hal : diantaranya mendistribusikan kekayaan (asset) secara adil, dan munculnya eksternalitas pasar. dan karena itu mesti ada peran negara (institutional) dalam mengurangi kegagalan pasar itu, dalam bentuk aturan, sistem dan distribusi kekayaan itu. Kegagalan pasar itu karena beberapa hal pula diantaranya : nilai asset (riil) tidak sama dengan nilai pasar, ada kecenderungan harga pasar assets lebih tinggi dari harga riil assets, ini dikarenakan ekspektasi orang berharap harga besok akan lebih tinggi (kasus bunga anturium) atau kasus sembako pada waktu lebaran orang takut kehabisan barang, sehingga terus membeli dalam jumlah yang banyak..., kemudian ekonomi pasar juga gagal karena asumsi utama tidak terpenuhi yakni : diasumsikan orang punya kekuatan finansial dan informasi yang sama sehingga bisa bersaing, kenyataannya ada orang sangat kaya dan ada orang miskin, ada orang yang tau informasi tapi ada yang tidak tahu.Di beberapa negara yang maju, biasanya mempertemukan ekonomi pasar - dan ekonomi komando, dan kemudian konsep negara kesejahteraan (tu ilmu pak Taufik he he he) tapi dalam bidang ekonomi di kenal dengan ekonomi institutonal, dan beberapa negara kini lah memeluk ekonomi itu, dimulai dari Jerman...dst...,
Ada pemikiran leberalisme kalau ndak tobat, hancur, begitu juga dengan sosialisme kalau ndak tobat maka juga akan bangkrut.....,
Untuk kita ketahui, kondisi terkini, sumbar tidak lagi surplus listrik. daya mampu pembangkit2 yang ada disumbar sama dengan kebutuhan daya yang ada(pas-passan). dulu, beberpa thn yg lalu, memang sumbar surplus litrik. ini karena semakin tua umumr pembangkit, semakin kecil daya mampu, selanjutnya, ditambah pertumbuhan pelanggan(kebutuhan energi) ya mencapai 10% per tahun.
yang surplus listrik adalah sumsel.kelebihan listrik sumsel sebagian besar di kirim ke Riau lwat sumbar melalui jringan interkoneksi. gitu da hen...